Kamis, 08 Desember 2016

NON YAHUDI (Anti semitisme)



NON YAHUDI   (Anti  semitisme)


       I.             Pendahuluan
Yahudi adalah istilah yang merujuk kepada sebuah agama atau suku bangsa. Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada umat yang beragama Yahudi. Berdasarkan etnisitas, kata ini merujuk kepada suku bangsa yang berasal dari keturunan Eber (Kejadian 10:21) (yang disebut "Ibrani") atau Yakub (yang juga bernama "Israel") anak Ishak anak Abraham (Ibrahim) dan Sara, atau keturunan Suku Yehuda, yang berasal dari Yehuda anak Yakub. Etnis Yahudi juga termasuk Yahudi yang tidak beragama Yahudi tetapi beridentitas Yahudi dari segi tradisi.
Setelah timbulnya agama yahudi dalam waktu yang lama ada sebutan yang timbul dalam agama Yahudi yaitu anti semenetisme. Anti semitisme, meskipun telah ada semenjak orang yahudi ada, merupakan suatu kefanatikan yang tidak logis. Anti zionisme, bagaimanapun juga, merupakan suatu oposisi yang sangat logis, berdasarkan pemikiran yang sangat baik, terhadap suatu ide dan tujuan tertentu.
Manusia diciptakan Tuhan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, untuk saling mengenal dan berinteraksi. Interaksi tersebut bisa bersifat positif manakala ada kesamaan tujuan, kebutuhan sehingga terjalin kerjasama antar bangsa yang baik dan harmonis. Namun tak jarang interaksi bisa bersifat negatif, jika banyak terdapat perbedaan tujuan, sehingga tercipta permusuhan, sikap antipati bahkan peperangan. Dan dalam makalah ini penulis ingin memaparkan tibulnya istilah AntiSimitise pada yahudi.


    II.             Isi
YAHUDI
Yudaisme adalah kepercayaan yang dianut oleh bangsa Yahudi yaitu penduduk negara Israel maupun orang Israel yang bermukim di luar negeri. Sejarah bangsa Yahudi bermula dari panggilan Allah terhadap Abraham. Namun demikian, agama Yudaisme sebenarnya baru dimulai pada masa diaspora (sejak tahun 734 SM), ketika puluhan ribu orang Yahudi di buang keluar dari tanah kelahiran mereka. Di tanah pembuangan itulah orang-orang Yahudi yang setia kepada taurat mulai merasakan kesulitan besar untuk tetap beribadah dan mentaati hukum dan taurat mereka.
Sebagian dari mereka yang di buang ini mulai tergoda untuk mengadopsi cara-cara hidup kafir, bahkan juga agama kafir. Melihat tantangan yang besar ini mulailah orang-orang Yahudi sadar betapa berharganya kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Oleh karena itu mereka mulai memikirkan tentang bagaimana mempelajari agama nenek moyang mereka yang berisi hukum taurat itu dengan sungguh-sungguh supaya mereka tidak di cemari dengan budaya dan dunia kafir. Dari sinilah Yudaisme secara resmi lahir.


      Aliran-Aliran Dalam Yudaisme
Walaupun orang Yahudi memegang hukum agama yang sama (Yudaisme) tapi dalam penafsiran dan tujuannya ada bermacam-macam aliran. Antara lain :

a.      Kaum Farisi
Berasal dari kata parash, artinya “memisahkan”. Aliran yang paling berpengaruh dan banyak pengikutnya dalam masyarakat. Mereka adalah para ahli tafsir PL (Tanakh), yang menjunjung tinggi hukum lisan atau adat istiadat nenek moyang yang mereka taati sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Karena keahliannya inilah mereka disebut sebagai ahli Taurat.[1]
b.      Kaum Saduki
Nama Saduki berasal dari bani Zadok (Imam Besar). Mereka berjumlah kecil tetapi sangat berpengaruh dalam pemerintahan, karena anggota mereka adalah para imam di Bait Allah di Yerusalem. Pengajaran PL yang mereka terima hanyalah 5 kitab Pentateukh, tidak percaya pada kebangkitan dan hal-hal supranatural, malaikat, atau kehidupan sesudah kematian, tetapi mereka berpegang ketat hanya pada tafsiran-tafsiran harafiah Taurat.[2]

c.      Kaum Zelot
Mereka adalah kaum nasionalis fanatik yang ingin melepaskan diri dari penjajahan Romawi. Mereka percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pemimpin mereka. Oleh karena itu mereka sering mengadakan pembrontakkan melawan pemerintah Romawi. [3]

d.     Kaum Esseni
Eseni artinya “saleh” atau “suci”. Keberadaan mereka diakui oleh tradisi sebagai biarawan-biarawan Yahudi yang hidup membujang. Mereka juga menjalankan hidup sederhana dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama.[4]

e.      Kaum Helenis
Kelompok ini disebut kaum Helenis karena mereka adalah orang-orang keturunan Yahudi tetapi telah mengadopsi kebudayaan dan bahasa Yunani dan tidak lagi mengikuti tradisi dan adat istiadat Yahudi, kecuali dalam hal iman agama mereka[5].

Pemilihan Allah terhadap orang-orang Yahudi
Yudaisme sangat ekslusif, mereka mengklaim bahwa hanya bangsa Yahudi yang merupakan Umat Pilihan Tuhan. Mereka percaya bahwa mereka telah secara khusus dipilih oleh Allah di antara segala bangsa, bahwa Allah yang esa dan satu-satunya telah mengikatkan diri-Nya dengan Israel dan Israel dengan diri-Nya melalui suatu ikatan perjanjian. Namun dewasa ini orang Yahudi sendiri tidak sepaham dalam menafsirkan ajaran tentang bangsa yang Terpilih ini.[6]
Bagi Kekristenan, etnosentrisme Yahudi yang dipertahankan Yudaisme perlu ditolak oleh kekristenan sebab umat Allah juga terdiri atas bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Allah tidak dipahami sebagai Allah yang lokal. Dalam hal ini, diskontinuitas antara kedua agama ini sangat tajam. Sebab dasar kekristenan dan Yudaisme itu sendiri sudah berbeda. Orang Kristen percaya bahwa Yesus adalah Mesias, sedangkan orang Yahudi tidak percaya. Bagi kekristenan, Yesus mengajarkan kepada murid-muridnya untuk memberitakan Injil kepada semua orang.

Perjanjian yang berpusat pada Taurat
Bagi orang-orang Yahudi, Allah Sang Pencipta dunia mengikat Perjanjian dengan umat Israel, bahwa Allah akan menjadi Allah mereka dan Israel akan menjadi umat-Nya dan bahwa Ia akan menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan di Mesir, serta menurunkan undang-undang Tuhan (Torah) kepada mereka. Jadi salah satu bagian Perjanjian itu adalah pemberian Taurat. Sebagai respons orang Israel terhadap ikatan perjanjian itu, yang menjadikan mereka umat khusus kepunyaan Allah, mereka harus menaati Taurat dengan sepenuh hati mereka, dengan seluruh cara kehidupan mereka sebagai umat perjanjian.
Bagi Kekristenan, meskipun Rasul Paulus dalam Roma memberi tempat penting bagi Taurat, tetapi ia menyatakan bahwa Kristus adalah kegenapan hukum Taurat. Karena Kristus telah datang, maka hukum Taurat sudah digenapkan dalam diri Kristus. Selama orang masih berada di bawah hukum Taurat, dosa berkuasa atas dirinya; tetapi kalau orang sudah di bawah karunia Allah melalui iman kepada Yesus Kristus, dia sudah dibebaskan dari dosa. Itulah yang menjadi diskontinuitas antara Yudaisme dengan kekristenan[7].

Konsep Ibadah
Keputusan yang mengatur dalam Yudaisme bukanlah kepada seseorang ataupun kelompok orang dalam Yudaisme, akan tetapi hanya berasal dari tulisan-tulisan, hukum, dan tradisi yang bersifat SINKRETIS. Demikian pula dengan mereka. Dalam hal ini Kekristenan sangat berbeda dengan Yudaisme. Sejak Yohanes Pembaptis muncul, maka selesailah fungsi Yudaisme. Oleh sebab itu simbol nama, simbol hari, dan simbol binatang korban, yang ada dalam tradisi Yudaisme sudah berlalu bagi orang percaya. Kemudian dimulailah masa ibadah yang rohaniah (Yoh.4:23). Di dalam ibadah Kristen, yang disembah bukan lagi simbol, melainkan Allah yang disembah. Kesucian yang ditekankan dalam ibadah adalah kesucian hati bukan jasmani. Dengan demikian terjadilah diskontinuitas antara ibadah Yudaisme dengan ibadah kekristenan[8].

Pendidikan Agama Yahudi

Pemikiran pedagogis yang dikembangkan dalam kebudayaan Yunani Romawi seperti yang diwakili oleh Plato, Aristoteles dan ouintilianes, merupakan dasar pendidikan agama Kristen yang semakin penting dalam pembinaan yang dilaksanakan umat Kristen angkatan kedua yaitu orang-orang yang menjadi percaya karena kesaksian para rasul. Memeang ucapan ini tidak seratus persen tepat, sebab paa pemimpin persekutuann Kristen atau para pengarang kitab-kitab yang mencakup Perjanjian baru seperi Rasul paulus dan Yohannes, juga di pengaruhi oleh arus intelektual Yunani. Semua mereka juga mengarang dalam bahasa Yunani. Akan tetapi baru pada angkata kedua dan seterusnya timbul masalah tentang sejauh mana iman Kristen yang berasal dalam umat Irael Kuno dapat dituangkan dalam bentuk pemikiran Yunani tetapi dengan inti yang sama. Para pemikir kriste itu mengembangkan struktur dan isi teologi atas kedua dasar kebuadayaan, Yahudi dan Yinani, dam pelayanan pendidikan agama Kristen pun bertumbuh dari dasar yang sama.
Stuktur dan isi gaya berfikir dan mengajar yang terdapat pada umat Yahudi jauh lebih bermakna.  Sejarah perkembangan Penididikan agama Yahudi dapat dibagi dalam dua Zaman yang pokok PERTAMA ,  zaman itu mulai dari saat terbentuknya bangsa israe dan berjalan terus sapai tahun 586sM. Yaitu kejatuhan kerajaan Yehuda dan pembuangan kaum elitenya ke Babel. KEDUA, zaman kedua mulai dengan pembuangan dan diteruskan sampai permualaan gerakan Kristen.[9]


Dasar Teologi Pendidikan Agama Yahudi
Berdasarkan keyakinannya bahwa Allah memanggil Abram dan ia menjawab melalui imannya, keturunan bangsa yang terpilih. Dari segi para teolog pertengahan aad ke-7 sM. Memilih itu terjadi hanya karena anugerah Tuhan saja dan bukan sebagai hasil perbuata hebat Abram dan keluarganya. Dan ruang lingkup pendidikan agama Yahudi sungguh mengejutkan karena bukanlah suatu usaha Sembilan saja, yang hanya dilaksanankan pada salah satu sudut kehidupan, melaikan bagian inti dari kegiatan sehhari-hari yang lazim dilakukan.[10]

Sebutan Anti Semenetisme pada Yahudi
Istilah anti-semitisme sebetulnya ambigu. Kata ’semitic’ merujuk pada Sem putra Nabi Nuh ( Noah ).  Sementara Ibrahim ( Abraham ) putra Terah merupakan generasi ke 10 dari Nuh melalui garis keturunan Sem. Dan melalui silisilah Ibrahim juga terdapat bangsa Arab keturunan Ismail. Anti-semitisme mulai muncul di Eropa pada tahun 1790. Ideologi rasis ini diperkenalkan oleh Wilhelm Marr tahun 1879. Propaganda anti-semit dieksploitasi oleh cendekiawan Yahudi sebagai sebuah sebutan terhadap anti Yahudi. Upaya tersebut berbuah sukses dalam menyesatkan opini dunia, meski sebenarnya gerakan tersebut lebih tepat sebagai ’anti-Jews’ atau ’anti-Judaisme’.
Kajian anti-semit terkini: Jewish Supremacism karya David Duke, ahli politik asal Lousiana menyatakan pengaruh utama anti-semitisme bukan karena hegemoni Yahudi namun lebih pada ideologi dan ajaran agama Yahudi. Kendati bangsa Yahudi telah membentuk negara Israel namun nampaknya mereka bertekad menguasai dunia membentuk Tata Dunia Baru (New World Order) di bawah kendali Zionis.
Yahudi dan Non Yahudi (Kekristenan)
Sejak Awal, gereja berperan di dua dunia yang berbeda yaitu orang Yahudi dan dunia bukan Yahudi. Kisah para rasul menggambarkan lambannya dan terkadang sakitnya perkembangan kekristenan di kalangan orang-orang buan Yahudi. Petrus dan Stefanus mengadakan pengkabaran Injil kepada orang-orag yahudi, sedangkan pulus kepada filusuf-filusuf di Athena dan pada penguasa Romawi.
Dalam banyak hal, kehidupan Yustinus mirip dengan kehidupan Paulus. Rasul ini adalah orang Yahudi yang terlahir di daerah bukan Yahudi (Tarsus) sedangkan Yustinus adalah orang bukan Yahudi tetapi lahir di daerah Yahudi (Sikhem kuno). Keduanya terpelajar dan tangguh berargumentasi untuk meyakinkan orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi akan kebenaran Kristus.[12]
Pada pemerintahan Para kaisar Abad pertama, seperti Nero dan Domitikus, tujuan gereja hanya untuk dapat bertahan hidup dengan meneruskan tradisi merekayaitu menanpilkan cinta kasih yang menyerupai Kasih Kristus sendiri. Sedangkan bagi orang luar Kekristenan  merupakan sekte primitive agama Yahudi  degan berbagai ajaran dan praktik yang aneh.

Yahudi dan Non Yahudi (Islam)
Hubungan Yahudi dengan Islam sebenarnya Yahudi sebagai agama punya hubungan kuat dengan Islam karena alasan-alasan berikut: Mereka adalah keturunan Nabi Ibrahim as, sedangkan Nabi Muhammad saw juga keturunan Nahi Ibrahim as tersebut (Bangsa Semit). Dalam Islam, orang-orang Yahudi dianggap sebagai salah satu Ahli Kitab yang memiliki kedudukan khusus. Dibanding agama Kristen, agama Yahudi lebih dekat kepada Ajaran Nabi Ibrahim dan Islam, baik dalam hal akidah maupun dalam syariat. Buktinya, mereka tidak percaya pada ajaran Trinitas (musyrik), mereka mengkhitan (menyunat) anak-anak mereka, mensyaratkan penyembelihan terhadap hewan-hewan sebelum dimakan, mengharamkan babi, dan mengharamkan patung-patung malaikat dan para nabi.



 III.             Kesimpulan
·         Dalam konteks agama, istilah Semitik boleh merujuk kepada agama yang bersekutu dengan penutur dari bahasa ini: demikian agama Yahudi, Kristianiti dan Islam yang berasal dari nenek moyang yang sama yaitu Abraham, dan yag membedakannya adalah ajaran yang berbeda selah keturunan Abraham.
·         Antisemitisme adalah suatu sikap permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi dalam bentuk-bentuk penganiayaan/penyiksaan terhadap agama, etnik, maupun kelompok ras, mulai dari kebencian terhadap individu hingga lembaga. Fenomena yang paling terkenal akan anti-semitisme adalah ideologi Nazisme dari Adolf Hitler, yang menyebabkan pemusnahan terhadap kaum Yahudi Eropa.





















Daftar Pustaka



A. Kenneth Curtis
2007                100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen.  Jakarta : Gunung Mulia

Dianne Bergant, CSA. & Robert J. Karris, OFM
2002                Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta : Kanisius


Dr.F.L Bakker
2010                Sejarah Kerajaan Allah I, Jakarta : Gunung Mulia


Lawrence E. Toombs
1978                Di Ambang Fajar Kekristenan. Jakarta: BPK Gunung Mulia


Prof.S. Wismoady Wahono,
2004                Disini Kutemukan : Petunjuk mempelajari dan Mengajarkan Alkitab, Jakarta : Gunung Mulia


 Robert R Boehike
2006                Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek pendidikan Agama Kristen : dari Plato sampai Ignatius Loyola, Jakarta : Gunung Mulia


Th.C.Vriezen
2003                Agama Israel Kuno. Jakarta : Gunung Mulia

William Barclay
            2007                Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Surat Roma. Jakarta : Gunung Mulia









[1] Prof.S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan : Petunjuk mempelajari dan Mengajarkan Alkitab, (Jakarta : Gunung Mulia, 2004) hlm 328-330
[2] Prof.S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan : Petunjuk mempelajari dan Mengajarkan Alkitab, hlm 325
[3] Prof.S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan : Petunjuk mempelajari dan Mengajarkan Alkitab, hlm 337
[4] Lawrence E. Toombs.. Di Ambang Fajar Kekristenan. (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1978) Hlm. 68.Google book”
[5] Dianne Bergant, CSA. & Robert J. Karris, OFM. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta : Kanisius. 2002) hlm 826 “google book”
[6] William Barclay. Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Surat Roma. (Jakarta : Gunung Mulia,2007) hlm 185 “google book”
[7] Dr.F.L Bakker, Sejarah Kerajaan Allah I, (Jakarta : Gunung Mulia, 2010) hlm 298-299
[8] Th.C.Vriezen. Agama Israel Kuno. (Jakarta : Gunung Mulia, 2003) hlm 13
[9] Robert R Boehike,Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek pendidikan Agama Kristen : dari Plato sampai Ignatius Loyola, (Jakarta : Gunung Mulia, 2006) hlm 18-19
[10] Robert R Boehike,Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek pendidikan Agama Kristen : dari Plato sampai Ignatius Loyola, hlm 20-21
[12] A. Kenneth Curtis, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen. ( Jakarta : Gunung Mulia, 2007) hlm 5”Google Book”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar