NON YAHUDI (Anti semitisme)
I.
Pendahuluan
Yahudi adalah istilah yang merujuk kepada sebuah agama atau suku bangsa.
Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada umat yang beragama Yahudi.
Berdasarkan etnisitas,
kata ini merujuk kepada suku bangsa yang berasal dari keturunan Eber (Kejadian 10:21)
(yang disebut "Ibrani") atau Yakub (yang juga
bernama "Israel") anak Ishak anak Abraham (Ibrahim) dan Sara, atau keturunan Suku Yehuda,
yang berasal dari Yehuda
anak Yakub. Etnis
Yahudi juga termasuk Yahudi yang tidak beragama Yahudi tetapi beridentitas
Yahudi dari segi tradisi.
Setelah timbulnya agama yahudi dalam waktu yang lama ada
sebutan yang timbul dalam agama Yahudi yaitu anti semenetisme. Anti semitisme,
meskipun telah ada semenjak orang yahudi ada, merupakan suatu kefanatikan yang
tidak logis. Anti zionisme, bagaimanapun juga, merupakan suatu oposisi yang
sangat logis, berdasarkan pemikiran yang sangat baik, terhadap suatu ide dan
tujuan tertentu.
Manusia diciptakan Tuhan berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, untuk saling mengenal dan berinteraksi. Interaksi tersebut bisa
bersifat positif manakala ada kesamaan tujuan, kebutuhan sehingga terjalin
kerjasama antar bangsa yang baik dan harmonis. Namun tak jarang interaksi bisa
bersifat negatif, jika banyak terdapat perbedaan tujuan, sehingga tercipta
permusuhan, sikap antipati bahkan peperangan. Dan dalam makalah ini penulis
ingin memaparkan tibulnya istilah AntiSimitise pada yahudi.
II.
Isi
YAHUDI
Yudaisme adalah kepercayaan yang dianut oleh bangsa Yahudi
yaitu penduduk negara Israel maupun orang Israel yang bermukim di luar negeri. Sejarah
bangsa Yahudi bermula dari panggilan Allah terhadap Abraham. Namun demikian,
agama Yudaisme sebenarnya baru dimulai pada masa diaspora (sejak tahun 734 SM),
ketika puluhan ribu orang Yahudi di buang keluar dari tanah kelahiran mereka.
Di tanah pembuangan itulah orang-orang Yahudi yang setia kepada taurat mulai
merasakan kesulitan besar untuk tetap beribadah dan mentaati hukum dan taurat
mereka.
Sebagian dari mereka yang di buang ini mulai tergoda untuk
mengadopsi cara-cara hidup kafir, bahkan juga agama kafir. Melihat tantangan
yang besar ini mulailah orang-orang Yahudi sadar betapa berharganya kepercayaan
yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Oleh karena itu mereka mulai
memikirkan tentang bagaimana mempelajari agama nenek moyang mereka yang berisi
hukum taurat itu dengan sungguh-sungguh supaya mereka tidak di cemari dengan
budaya dan dunia kafir. Dari sinilah Yudaisme secara resmi lahir.
Aliran-Aliran Dalam Yudaisme
Walaupun orang Yahudi memegang hukum agama yang sama
(Yudaisme) tapi dalam penafsiran dan tujuannya ada bermacam-macam aliran.
Antara lain :
a.
Kaum Farisi
Berasal
dari kata parash, artinya “memisahkan”. Aliran yang paling berpengaruh dan
banyak pengikutnya dalam masyarakat. Mereka adalah para ahli tafsir PL
(Tanakh), yang menjunjung tinggi hukum lisan atau adat istiadat nenek moyang
yang mereka taati sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Karena keahliannya
inilah mereka disebut sebagai ahli Taurat.[1]
b.
Kaum Saduki
Nama
Saduki berasal dari bani Zadok (Imam Besar). Mereka berjumlah kecil tetapi
sangat berpengaruh dalam pemerintahan, karena anggota mereka adalah para imam
di Bait Allah di Yerusalem. Pengajaran PL yang mereka terima hanyalah 5 kitab
Pentateukh, tidak percaya pada kebangkitan dan hal-hal supranatural, malaikat,
atau kehidupan sesudah kematian, tetapi mereka berpegang ketat hanya pada
tafsiran-tafsiran harafiah Taurat.[2]
c.
Kaum Zelot
Mereka
adalah kaum nasionalis fanatik yang ingin melepaskan diri dari penjajahan
Romawi. Mereka percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pemimpin mereka. Oleh
karena itu mereka sering mengadakan pembrontakkan melawan pemerintah Romawi. [3]
d.
Kaum Esseni
Eseni
artinya “saleh” atau “suci”. Keberadaan mereka diakui oleh tradisi sebagai
biarawan-biarawan Yahudi yang hidup membujang. Mereka juga menjalankan hidup
sederhana dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama.[4]
e.
Kaum Helenis
Kelompok
ini disebut kaum Helenis karena mereka adalah orang-orang keturunan Yahudi
tetapi telah mengadopsi kebudayaan dan bahasa Yunani dan tidak lagi mengikuti
tradisi dan adat istiadat Yahudi, kecuali dalam hal iman agama mereka[5].
Pemilihan Allah terhadap orang-orang
Yahudi
Yudaisme sangat ekslusif, mereka mengklaim bahwa hanya
bangsa Yahudi yang merupakan Umat Pilihan Tuhan. Mereka percaya bahwa mereka
telah secara khusus dipilih oleh Allah di antara segala bangsa, bahwa Allah
yang esa dan satu-satunya telah mengikatkan diri-Nya dengan Israel dan Israel
dengan diri-Nya melalui suatu ikatan perjanjian. Namun dewasa ini orang Yahudi
sendiri tidak sepaham dalam menafsirkan ajaran tentang bangsa yang Terpilih
ini.[6]
Bagi Kekristenan, etnosentrisme Yahudi yang dipertahankan
Yudaisme perlu ditolak oleh kekristenan sebab umat Allah juga terdiri atas
bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Allah tidak dipahami sebagai Allah yang lokal.
Dalam hal ini, diskontinuitas antara kedua agama ini sangat tajam. Sebab dasar
kekristenan dan Yudaisme itu sendiri sudah berbeda. Orang Kristen percaya bahwa
Yesus adalah Mesias, sedangkan orang Yahudi tidak percaya. Bagi kekristenan,
Yesus mengajarkan kepada murid-muridnya untuk memberitakan Injil kepada semua
orang.
Perjanjian yang berpusat pada Taurat
Bagi orang-orang Yahudi, Allah Sang Pencipta dunia mengikat
Perjanjian dengan umat Israel, bahwa Allah akan menjadi Allah mereka dan Israel
akan menjadi umat-Nya dan bahwa Ia akan menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan di Mesir, serta menurunkan undang-undang
Tuhan (Torah)
kepada mereka. Jadi salah satu bagian Perjanjian itu adalah pemberian Taurat.
Sebagai respons orang Israel terhadap ikatan perjanjian itu, yang menjadikan
mereka umat khusus kepunyaan Allah, mereka harus menaati Taurat dengan sepenuh
hati mereka, dengan seluruh cara kehidupan mereka sebagai umat perjanjian.
Bagi Kekristenan, meskipun Rasul Paulus dalam Roma memberi
tempat penting bagi Taurat, tetapi ia menyatakan bahwa Kristus adalah kegenapan
hukum Taurat. Karena Kristus telah datang, maka hukum Taurat sudah digenapkan
dalam diri Kristus. Selama orang masih berada di bawah hukum Taurat, dosa
berkuasa atas dirinya; tetapi kalau orang sudah di bawah karunia Allah melalui
iman kepada Yesus Kristus, dia sudah dibebaskan dari dosa. Itulah yang menjadi
diskontinuitas antara Yudaisme dengan kekristenan[7].
Konsep Ibadah
Keputusan yang mengatur dalam Yudaisme bukanlah kepada
seseorang ataupun kelompok orang dalam Yudaisme, akan tetapi hanya berasal dari
tulisan-tulisan, hukum, dan tradisi yang bersifat SINKRETIS.
Demikian pula dengan mereka. Dalam hal ini Kekristenan sangat berbeda dengan
Yudaisme. Sejak Yohanes Pembaptis muncul, maka selesailah fungsi Yudaisme. Oleh
sebab itu simbol nama, simbol hari, dan simbol binatang korban, yang ada dalam
tradisi Yudaisme sudah berlalu bagi orang percaya. Kemudian dimulailah masa
ibadah yang rohaniah (Yoh.4:23). Di dalam ibadah Kristen, yang disembah bukan
lagi simbol, melainkan Allah yang disembah. Kesucian yang ditekankan dalam
ibadah adalah kesucian hati bukan jasmani. Dengan demikian terjadilah
diskontinuitas antara ibadah Yudaisme dengan ibadah kekristenan[8].
Pendidikan
Agama Yahudi
Pemikiran pedagogis yang dikembangkan dalam
kebudayaan Yunani Romawi seperti yang diwakili oleh Plato, Aristoteles dan
ouintilianes, merupakan dasar pendidikan agama Kristen yang semakin penting
dalam pembinaan yang dilaksanakan umat Kristen angkatan kedua yaitu orang-orang
yang menjadi percaya karena kesaksian para rasul. Memeang ucapan ini tidak
seratus persen tepat, sebab paa pemimpin persekutuann Kristen atau para
pengarang kitab-kitab yang mencakup Perjanjian baru seperi Rasul paulus dan
Yohannes, juga di pengaruhi oleh arus intelektual Yunani. Semua mereka juga
mengarang dalam bahasa Yunani. Akan tetapi baru pada angkata kedua dan seterusnya
timbul masalah tentang sejauh mana iman Kristen yang berasal dalam umat Irael
Kuno dapat dituangkan dalam bentuk pemikiran Yunani tetapi dengan inti yang
sama. Para pemikir kriste itu mengembangkan struktur dan isi teologi atas kedua
dasar kebuadayaan, Yahudi dan Yinani, dam pelayanan pendidikan agama Kristen
pun bertumbuh dari dasar yang sama.
Stuktur dan isi gaya berfikir dan
mengajar yang terdapat pada umat Yahudi jauh lebih bermakna. Sejarah perkembangan Penididikan agama Yahudi
dapat dibagi dalam dua Zaman yang pokok PERTAMA
, zaman itu mulai dari saat
terbentuknya bangsa israe dan berjalan terus sapai tahun 586sM. Yaitu kejatuhan
kerajaan Yehuda dan pembuangan kaum elitenya ke Babel. KEDUA, zaman kedua mulai dengan pembuangan dan diteruskan sampai
permualaan gerakan Kristen.[9]
Dasar
Teologi Pendidikan Agama Yahudi
Berdasarkan keyakinannya bahwa Allah
memanggil Abram dan ia menjawab melalui imannya, keturunan bangsa yang
terpilih. Dari segi para teolog pertengahan aad ke-7 sM. Memilih itu terjadi
hanya karena anugerah Tuhan saja dan bukan sebagai hasil perbuata hebat Abram
dan keluarganya. Dan ruang lingkup pendidikan agama Yahudi sungguh mengejutkan
karena bukanlah suatu usaha Sembilan saja, yang hanya dilaksanankan pada salah
satu sudut kehidupan, melaikan bagian inti dari kegiatan sehhari-hari yang
lazim dilakukan.[10]
Sebutan
Anti Semenetisme pada Yahudi
Istilah anti-semitisme sebetulnya ambigu. Kata ’semitic’ merujuk
pada Sem putra Nabi Nuh ( Noah ). Sementara Ibrahim ( Abraham ) putra Terah
merupakan generasi ke 10 dari Nuh melalui garis keturunan Sem. Dan melalui
silisilah Ibrahim juga terdapat bangsa Arab keturunan Ismail. Anti-semitisme
mulai muncul di Eropa pada tahun 1790. Ideologi rasis ini diperkenalkan oleh
Wilhelm Marr tahun 1879. Propaganda anti-semit dieksploitasi oleh cendekiawan
Yahudi sebagai sebuah sebutan terhadap anti Yahudi. Upaya tersebut berbuah
sukses dalam menyesatkan opini dunia, meski sebenarnya gerakan tersebut lebih
tepat sebagai ’anti-Jews’ atau ’anti-Judaisme’.
Kajian anti-semit terkini: Jewish Supremacism karya David Duke, ahli
politik asal Lousiana menyatakan pengaruh utama anti-semitisme bukan karena
hegemoni Yahudi namun lebih pada ideologi dan ajaran agama Yahudi. Kendati
bangsa Yahudi telah membentuk negara Israel namun nampaknya mereka bertekad
menguasai dunia membentuk Tata Dunia Baru (New World Order) di bawah kendali
Zionis.
Yahudi dan Non Yahudi (Kekristenan)
Sejak Awal, gereja berperan di dua dunia yang berbeda yaitu orang
Yahudi dan dunia bukan Yahudi. Kisah para rasul menggambarkan lambannya dan
terkadang sakitnya perkembangan kekristenan di kalangan orang-orang buan
Yahudi. Petrus dan Stefanus mengadakan pengkabaran Injil kepada orang-orag
yahudi, sedangkan pulus kepada filusuf-filusuf di Athena dan pada penguasa
Romawi.
Dalam banyak hal, kehidupan Yustinus mirip dengan kehidupan Paulus.
Rasul ini adalah orang Yahudi yang terlahir di daerah bukan Yahudi (Tarsus)
sedangkan Yustinus adalah orang bukan Yahudi tetapi lahir di daerah Yahudi
(Sikhem kuno). Keduanya terpelajar dan tangguh berargumentasi untuk meyakinkan
orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi akan kebenaran Kristus.[12]
Pada pemerintahan Para kaisar Abad pertama, seperti Nero dan
Domitikus, tujuan gereja hanya untuk dapat bertahan hidup dengan meneruskan
tradisi merekayaitu menanpilkan cinta kasih yang menyerupai Kasih Kristus
sendiri. Sedangkan bagi orang luar Kekristenan
merupakan sekte primitive agama Yahudi
degan berbagai ajaran dan praktik yang aneh.
Yahudi dan Non Yahudi (Islam)
Hubungan
Yahudi dengan Islam sebenarnya
Yahudi sebagai agama punya hubungan kuat dengan Islam karena alasan-alasan
berikut: Mereka adalah keturunan Nabi
Ibrahim as, sedangkan Nabi Muhammad saw juga keturunan Nahi Ibrahim as tersebut
(Bangsa Semit). Dalam
Islam, orang-orang Yahudi dianggap sebagai salah satu Ahli Kitab yang memiliki
kedudukan khusus. Dibanding
agama Kristen, agama Yahudi lebih dekat kepada Ajaran Nabi Ibrahim dan Islam,
baik dalam hal akidah maupun dalam syariat. Buktinya, mereka tidak percaya pada
ajaran Trinitas (musyrik), mereka mengkhitan (menyunat) anak-anak mereka,
mensyaratkan penyembelihan terhadap hewan-hewan sebelum dimakan, mengharamkan
babi, dan mengharamkan patung-patung malaikat dan para nabi.
III.
Kesimpulan
·
Dalam konteks agama, istilah Semitik
boleh merujuk kepada agama yang bersekutu dengan penutur dari bahasa ini:
demikian agama Yahudi, Kristianiti
dan Islam yang berasal dari nenek moyang yang sama yaitu
Abraham, dan yag membedakannya adalah ajaran yang berbeda selah keturunan
Abraham.
·
Antisemitisme
adalah suatu sikap permusuhan atau prasangka
terhadap kaum Yahudi
dalam bentuk-bentuk penganiayaan/penyiksaan terhadap agama, etnik, maupun
kelompok ras, mulai dari kebencian terhadap individu hingga lembaga. Fenomena
yang paling terkenal akan anti-semitisme adalah ideologi Nazisme
dari Adolf Hitler, yang menyebabkan pemusnahan
terhadap kaum Yahudi Eropa.
Daftar Pustaka
A. Kenneth Curtis
2007 100
Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen. Jakarta : Gunung Mulia
Dianne Bergant, CSA. & Robert J.
Karris, OFM
2002 Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta : Kanisius
Dr.F.L Bakker
2010 Sejarah
Kerajaan Allah I, Jakarta : Gunung Mulia
Lawrence E. Toombs
1978 Di Ambang Fajar
Kekristenan. Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Prof.S. Wismoady Wahono,
2004 Disini
Kutemukan : Petunjuk mempelajari dan Mengajarkan Alkitab, Jakarta :
Gunung Mulia
Robert R Boehike
2006 Sejarah
Perkembangan Pikiran dan Praktek pendidikan Agama Kristen : dari Plato sampai
Ignatius Loyola, Jakarta : Gunung Mulia
Th.C.Vriezen
2003 Agama
Israel Kuno. Jakarta : Gunung Mulia
William Barclay
2007 Pemahaman Alkitab Setiap Hari :
Surat Roma. Jakarta : Gunung Mulia
[1] Prof.S.
Wismoady Wahono, Disini Kutemukan : Petunjuk mempelajari dan Mengajarkan Alkitab,
(Jakarta : Gunung Mulia, 2004) hlm 328-330
[2] Prof.S.
Wismoady Wahono, Disini Kutemukan : Petunjuk mempelajari dan Mengajarkan Alkitab, hlm
325
[3] Prof.S.
Wismoady Wahono, Disini Kutemukan : Petunjuk mempelajari dan Mengajarkan Alkitab, hlm
337
[4] Lawrence
E. Toombs.. Di Ambang Fajar
Kekristenan. (Jakarta:
BPK Gunung Mulia. 1978)
Hlm.
68.”Google book”
[5] Dianne
Bergant, CSA. & Robert J. Karris, OFM. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta : Kanisius. 2002)
hlm 826 “google book”
[6] William
Barclay. Pemahaman Alkitab Setiap Hari :
Surat Roma. (Jakarta : Gunung Mulia,2007) hlm 185 “google book”
[9] Robert R
Boehike,Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek pendidikan Agama Kristen :
dari Plato sampai Ignatius Loyola, (Jakarta : Gunung Mulia, 2006) hlm 18-19
[10] Robert R
Boehike,Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek pendidikan Agama Kristen
: dari Plato sampai Ignatius Loyola, hlm 20-21
[12] A.
Kenneth Curtis, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen. ( Jakarta : Gunung
Mulia, 2007) hlm 5”Google Book”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar